Telkom Perkuat Pasar Kecerdasan Buatan di 12 Sektor, Mulai Energi hingga Farmasi

Pengembangan Kecerdasan Buatan di Berbagai Sektor oleh PT Telkom Indonesia
PT Telkom Indonesia (Persero) Tbk. terus memperkuat peran dalam penerapan kecerdasan buatan (AI) di berbagai sektor industri strategis. Perusahaan telekomunikasi milik negara ini telah menggarap potensi AI selama beberapa tahun terakhir, dengan fokus pada 12 sektor vertikal seperti pertambangan, perbankan, kesehatan, dan manufaktur.
Sebagai negara terbesar di ASEAN dengan populasi mencapai 287 juta jiwa, Indonesia memiliki peluang besar untuk menjadi pemain utama dalam industri AI. Proyeksi dari Boston Consulting Group menunjukkan bahwa potensi ekonomi yang digerakkan oleh AI di kawasan ini akan mencapai US$120 miliar pada tahun 2027, sementara pertumbuhan total ekonomi AI diperkirakan mencapai US$365 miliar pada tahun 2030.
Strategi Pengembangan AI oleh Telkom
Direktur IT Digital Telkom, Faizal Rochmad Djoemadi, menjelaskan bahwa perusahaan telah melihat peluang AI sejak sepuluh tahun lalu. Saat ini, Telkom fokus pada penguatan industri vertikal, penyediaan platform terintegrasi, serta penguatan kolaborasi antara berbagai pihak. Menurutnya, penerapan AI saat ini masih terfragmentasi dan disesuaikan dengan kebutuhan masing-masing sektor.
Faizal menekankan pentingnya kolaborasi antara industri sebagai pengguna AI, pemerintah sebagai pembuat kebijakan dan etika, serta universitas sebagai penyedia talenta dan riset. Kolaborasi ini menjadi kunci dalam pengembangan dan implementasi AI yang efektif dan berkelanjutan.
Implementasi Teknologi AI oleh Telkom
Telkom sudah mulai menerapkan berbagai teknologi AI, termasuk big data, machine learning, deep learning, dan generative AI. Teknologi ini turut berkontribusi pada pendapatan perusahaan serta penghematan biaya operasional.
Pada kuartal I/2025, Telkom mencatat laba bersih sebesar Rp5,81 triliun. Layanan internet bergerak menjadi kontributor utama pertumbuhan tersebut, dengan layanan internet tetap IndiHome menunjukkan kinerja positif. Meski ada sedikit penurunan laba bersih sebesar 4% dibandingkan kuartal I/2024, pendapatan perusahaan tercatat sebesar Rp36,63 triliun dengan beban operasional yang turun tipis menjadi Rp26,15 triliun.
Solusi AI yang Dikembangkan oleh Telkom
Telkom saat ini tengah mengembangkan solusi AI yang diterapkan di berbagai tahapan, seperti Big Box, Big One, Big View, Big Science, Big Social (machine learning), Big Vision (deep learning), serta Big Assistant dan Big Legal (generative AI). Solusi-solusi ini telah digunakan baik oleh pemerintah maupun industri.
Contohnya, Kimia Farma menggunakan aplikasi AI Telkom untuk manajemen rantai pasok dan eksekutif. Dengan penerapan AI, data operasional dan pemasaran dapat diintegrasikan secara real-time, sehingga meningkatkan efisiensi distribusi dan pendapatan berbasis data. Sementara itu, Pertamina juga memanfaatkan AI Telkom untuk optimalisasi stok dan distribusi BBM, membantu menjaga pasokan energi nasional.
Aplikasi Generative AI oleh Telkom
Untuk generative AI, Telkom sedang mengembangkan solusi internal dan eksternal, seperti produk myindibiz, TelkomGPT, dan Legalpro. Myindibiz, yang dikenal sebagai Bizy, merupakan copilot AI yang membantu pelanggan dan manajer dalam pengambilan keputusan berdasarkan insight cepat. TelkomGPT adalah Private GPT yang menjaga kerahasiaan data sensitif, sementara Legalpro membantu akselerasi kepatuhan hukum melalui alat berbasis AI.
Pengembangan Talent dan Komunitas AI
Selain itu, Telkom juga aktif dalam pengembangan talenta dan teknologi AI. Perusahaan membentuk AI Connect sebagai pusat keunggulan AI yang mendorong inovasi melalui kolaborasi komunitas. Saat ini, AI Connect hadir di sembilan kota, termasuk Jakarta, Makassar, Aceh, Bandung, Malang, Labuan Bajo, Yogyakarta, Bali, dan Papua.
Peran Pemerintah dalam Pengembangan AI
Wakil Menteri Perindustrian, Faisol Riza, menyambut baik langkah Telkom dalam mendukung pengembangan AI. Ia menilai dukungan dari industri seperti Telkom sangat penting untuk masa depan AI di Indonesia.
Sementara itu, Wakil Menteri Komunikasi dan Digital Nezar Patria menekankan perlunya persiapan talenta digital yang mampu mengembangkan dan memanfaatkan teknologi AI. Data Komdigi menunjukkan bahwa Indonesia membutuhkan 12 juta talenta digital pada tahun 2030, namun saat ini hanya mampu menyediakan sekitar 3 juta, sehingga masih ada kesenjangan yang signifikan.